Mendengarkan

Siang ini waktu berputar dengan terasa lambat. Langit kelabu yang pada akhirnya membuat matahari bersinar kembali, tidak mengehentikanku untuk pergi mengumpulkan sereceh kebaikan untuk diri ini dan orang sekitar. Menelusuri detik demi detik di depan layar putih, yang tak jarang membuat pusing dan perih mata. Tapi begitulah hukum timbal balik. Kau akan mendapatkan apa yang kau usahakan, meski harus dengan merangkak sekali pun, lagi-lagi, demi sereceh kebaikan yang digunakan untuk kehidupan.

Jiwa yang masih terbelenggu, menorehkan noktah-noktah hitam. Terpampang pada wajah yang entah untuk ke berapa kalinya terlihat murung dan lesu. Mereka mengira,

"ia memang begitu."

Tapi tak pernah betul-betul menanyakan pendapatnya, apa yang dirasakannya, dan apa yang diinginkannya. Katanya ia adalah pendengar yang baik, tak pernah memotong pembicaraan orang lain, selalu mengutarakan pendapatnya ketika seseorang selesai berbicara dan segala pujian tentang karakternya. Pernahkah mereka mengetahui, ada banyak beban yang dipikulnya, tapi tak satu pun terucap dari diamnya mulut itu hanya karena mereka tidak mau mendengar?

Dia juga ingin didengarkan, dilihat matanya saat berbicara, dianggukkan kepalanya saat ia bercerita, ditepuk pundaknya saat ada bagian yang menyakitkan. Bagaimana bisa mereka mengetahui apa yang ia rasakan bila bahkan mereka tidak bertanya dan hanya mereka yang ingin bercerita--hanya mereka yang ingin didengar?

Sebenarnya, beban itu bukanlah semata tentang keburukan yang menimpanya. Terkadang, beban itu adalah ketakutannya menjadi "pendengar yang baik". Mereka berlari mencarinya, berlindung di dirinya, lalu muncullah ekspektasi bahwa "dia akan mendengarkanku, karena dia adalah pendengar yang baik".

Tak pernah sekali pun, menjadi yang paling diam seperti menjadi momok menakutkan baginya. Sebab suaranya tak didengar, bahkan tak ada yang mau mendengar.

Pertanyaan ngalor-ngidul sekedar basa-basi, tak benar-benar tulus ingin mengetahui keadaan terdalam seseorang, membersamainya ketika sulit, menyanjungnya ketika ia mendapatkan prestasi.

Sulitkah bagi mereka untuk mendengarkan dan memahami ketika Sang Pencipta sengaja memberikan dua telinga dan hanya satu mulut?

Hanya ingin didengar.

6 Januari 2021,
Di bawah teriknya langit Jakarta.





Comments

Popular Posts