'Bumi'ku
Aku tahu bahwa dunia tidak berputar di sekelilingku. Ia berotasi di lintasannya sendiri, mengitari pusat tata surya. Kita sebut saja ia Bumi.
Bumi memang terus berputar, namun tidak untuk ‘bumi’ku. Ia seperti
diam sesaat, seperti lupa untuk berputar. Seperti takut untuk bergerak, seperti
nyaman berdiam diri.
Mereka bilang aku begini dan begitu. Mereka menjauhiku
karena aku terlalu serius. Sensitif. Tidak asyik diajak bercanda. Tidak bisa
diajak bermain. Tidak bercengkrama denganku karena aku terlalu pendiam. Aku hanya
mengganggu mereka, bahkan saat aku hanya diam saja. Ya, diamku menganggu mereka,
dan belum tentu ramaiku menyenangkan mereka juga.
'Bumi'ku tidak hidup. Lebih tepatnya, tidak dipersilahkan
untuk hidup. 'Bumi'ku terlalu sunyi, untuk semesta yang terlalu ramai, padahal
kami berevolusi di pusat yang sama. Dunia seolah hanya dipersilahkan untuk
orang-orang yang senang berbicara, senang tertawa dan berbasa-basi. Lihatlah kantor-kantor,
ruangan terbuka seperti tidak ada tempat untuk menghindar sejenak. Lihatlah sekolah,
kelas yang besar dengan meja yang tak bersekat, mereka mengatakan “sosialisasi!”,
tapi aku bilang “mana privasi?”. Dan mereka hanya pura-pura tidak dengar.
Lalu apa solusi yang mereka berikan? Tidak ada. Mereka
memutuskan untuk mengasingkanku, hanya karena aku terlihat butuh privasi selamanya, padahal bukan begitu.
Butuh privasi, berarti aku butuh menghindar sejenak. Seperti butuh menghirup udara
segar, butuh mengisi baterai. Aku bilang sejenak, bukan selamanya. Bukan untuk
dijauhi, diasingkan, tidak diajak main, dipandang sebelah mata, tidak diajak
bicara.
Hei! Kalian sama saja dengan merundungku secara tidak
langsung tahu! Sadar tidak?
Ah, tidak sadar ya karena sudah menjadi daily routinemu.
Begitulah keluh kesahku malam ini. Mereka pikir aku aneh,
mungkin gila. Mereka pikir aku kesepian, karena selalu menyendiri, padahal
merekalah yang tidak mau mendengarku, lalu menghindar membuatku seolah
kesepian.
Apa aku kesepian? Iya, sangat kesepian. Tapi aku tidak minta
dikasihani atau ditemani oleh kalian yang membuat 'bumi'ku berhenti.
Suatu saat 'bumi'ku akan berjalan, menemukan celah dalam
semesta yang membuatnya nyaman, yang membuatnya merasa berharga karena masih
ada yang mau menerimanya terlepas dari apa yang kurang darinya. Masih mau
mendengar keluh kesahnya atau sekedar merangkulnya ketika menangis.
Kamu mau tahu apa solusi yang bisa kamu lakukan bila bertemu
orang semacamku?
Dengarkan mereka, dan beri mereka waktu. Berusahalah untuk membuat 'bumi' mereka terus bergerak.
Semoga 'bumi'ku adalah yang pertama dan terakhir untuk kau perlakukan
seperti ini.
Ditulis di bawah mendungnya 'bumi'ku yang sedang berhenti, 11
September 2020
20.04
Comments
Post a Comment