Sosok yang Hilang

Malam ini berlalu cepat sekali. Aku masih berada dalam kelalaian dunia yang fana, dalam perenungan tuk berusaha mempertahankan diri, bahwa diri ini baik-baik saja.

Terbiasa.

Terbiasa menjadi parasit bagi manusia lainnya. Aku tak pernah menjadi tempat bergantung, karena akulah yang menjadikan orang lain seperti itu, hingga satu per satu dari mereka menyerah. Karena... yah, aku cuma bisa merengek dan berpangku tangan saja. Lalu menyerah dan hilang kendali.

Di bawah atap rumah ini aku bercengkrama dengan diriku sendiri. Menegur diriku yang semakin lama semakin tidak tahu mau ke mana—tidak tahu di mana harus berpijak. Kadang menangis dengan tertawa, kadang tertawa dengan menangis.

Ah, dunia. Memang dunia tak pantas mendapat pujian. Bisa-bisanya dunia membuat manusia rela terseok-seok mengejarnya. Akulah korbannya.

Ah, manusia. Memang manusia bukan tempatku berteduh. Bisa-bisanya aku menyandarkan diriku pada manusia lainnya. Mengandalkan janji yang hanya sepanjang lidahnya saja.

Rugi.

Sungguh aku termasuk yang merugi. Semoga kamu tidak seperti aku, yang hilang tanpa arah.
Semoga kamu mau mendoakanku, agar aku  menemukan secercah cahaya lagi. Cahaya yang menuntunku menuju ridho-Nya.

Jazakumullah khayr.

Aya.

SUrabaya, 26 September 2018
23.54

Comments

Popular Posts