Aku Selalu Menantimu di Ujung Sana


Sebenarnya, jarak antara kau dan aku, tak pernah sejauh yang kau bayangkan. Meski tak pernah sedekat yang aku harapkan.

Seringkali aku berdiri di tengah ruangan, saat kau sendiri ada di ambang pintu. Mungkin hanya butuh lima langkah kaki saja untuk aku bisa berbicara sambil mendongakkan kepalaku agar bisa melihat wajahmu—dan mungkin kau cukup memanggilku saja agar aku menoleh ke arahmu. Namun, nyatanya kita tak pernah mengambil kesempatan itu.

Seringkali aku berjalan di depanmu, saat kau ternyata ada tepat di belakangku. Mungkin hanya butuh menyesuaikan kecepatan langkah kaki saja, agar kita bisa melangkah bersamaan—bersebelahan. Namun, nyatanya kita tak pernah melakukan hal itu.

Seringkali kau duduk di sebuah saung ‘tuk berteduh dan bercengkrama dengan sahabatmu, saat sebenarnya ada aku di seberang, yang sedang menunggu ojek di bawah atap gedung yang masih terkena silaunya matahari. Mungkin aku hanya butuh melambaikan tangan saja padamu, saat kau sedang melihat ke arahku—pun sebaliknya. Namun lagi-lagi, kita tetap diam dan tak mengusahakan apa-apa.

Aku sering memperhatikan tanganmu yang sedang membetulkan tali tasmu yang terlalu panjang.

Aku mengetahui sepatu hitam yang sepertinya baru saja kau pakai.

Aku melihat betapa tipisnya jilidan tugasmu disaat yang lainnya berlomba untuk memperbanyak halaman sehingga menjadi lebih tebal.

Aku melirik sedikit ke arahmu yang beberapa kali menyisir rambutmu ke belakang lalu merapihkannya kembali.

Aku mengerti kadang kau ingin memulai pembicaraan, namun akulah yang selalu lari saat kau ada di dekatku, sehingga lagi-lagi aku membuat suasana menjadi canggung.

Sebenarnya, jarak antara kau dan aku, tak pernah sejauh yang kau bayangkan. Meski tak pernah sedekat yang aku harapkan.

Cukup bagiku;
Ketika kita tak sengaja bertemu  lalu kau dan aku bersamaan memberi salam dan melempar senyum. Meski hanya sepatah dua patah kata, namun itu cukup. Sangat cukup bagiku.

Meski aku terlihat menghindar dan tidak peduli, cukup bagimu untuk mengetahui;
bahwa jarak ini tak pernah menjadikan aku jauh darimu, 
karena,
 aku selalu menantimu di ujung sana.

Surabaya, 15 Oktober 2018
21.15

Aya.




Comments

Popular Posts