Thank you, Kuta

Kuta, sore hari.

Ombak berdebur  lembut, menyetuh kaki dan pergi dengan pasir-pasir basahnya di atas kaki kami.Udara yang sejuk menyambut kami bertiga di Pantai Kuta ini. Langit melukiskan gradasi oranye dan merah jambu  indah hasil dari campuran warna matahari dan langit sore. Jarang sekali kami merasakan sinar matahari yang tidak biasa ini. Biasanya kami menghindar dari teriknya matahari Jakarta, menundukkan kepala agar tidak kepanasan, menyipitkan mata karena silaunya yang menyakiti, dan mencari tempat adem untuk melindungi diri dari sinar matahari. Justru matahari ini silaunya tak menganggu mata, malah sebaliknya, menentramkan mata yang sangat jarang melihat pemandangan seperti ini.Pancaran sinar matahari menyempil dari lubang-lubang awan yang bergerak menjauh dan mendekat. Orang-orang berlomba untuk berfoto ria dengan matahari. Menciptakan kreasi mereka sekreatif mungkin dengan pemandangan ini. Juga yang sangat menggemari fotografi, menyempatkan kesempatan yang tak jarang hanya datang sekali ini untuk memotretnya semaksimal mungkin.

Kami bertiga memberanikan diri berjalan menuju ke tengah pantai. Deburan ombak semakin besar, tak jarang kami sedikit terseret,  terbawa arus ombak. Saat yang lain menggulung celananya agar tidak kebasahan, aku biarkan air asin itu membasahi rokku, sehingga rokku terasa berat. 

Kami bertiga menghirup napas dalam-dalam sambil memejamkan mata menikmati sejuknya udara dan hembusan anginnya yang menyentuh lembut wajah kami. Kerudungku berkibaran mengikuti arah angin pergi. 

Lalu kami bertiga memencar agak jauh, memberi ruang untuk menyendiri, dan memberi waktu untuk sedikit berfikir.

Aku berjalan lurus melawan arus air menuju sedikit ke tengah lagi. Aku berdiri diam sambil melihat ke sekelilingku untuk memastikan bahwa tidak ada yang memperhatikanku di sini. Pandanganku menerawang ke depan, sambil melihat peselancar-peselancar luar yang profesional beradu menantang ombak.

Hah.... aku membuang napas lega sambil tersenyum. Keinginanku untuk pergi ke Kuta tersampaikan juga. Rasanya aku ingin sekali membuang semua kelelahan ku akan semua yang pernah aku jalani, yang membebani pundakku selama ini. Semua masalahku, entah itu tentang pertemananku, keluarga, tentang rahasia-rahasia lainnya yang selama ini aku pendam sendiri.

Aku memejamkan mata, berkali-kali menarik dan menghembuskan napas sampai aku benar-benar tenang. Entah apa yang membuat air mata ini mendesak untuk keluar dari mataku. Susah payah aku menahannya agar tidak keluar. Padahal aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, untuk tidak menangisi hal yang sama berulang kali. Rasanya memang sulit, apalagi aku perempuan. Dengan semua sifatku yang emosional, dan aku juga bukan tipe orang yang easygoing. Terkadang aku berhasil menahan semuanya. Apa maksud dari semuanya? Ya, semuanya. Sesal, amarah, jeritan-jeritanku yang kubatin sendiri yang bahkan keluarga terdekatku tidak mengetahuinya. Kekecewaanku akan orang-orang dengan janji-janji mereka, ketidak-percaya-dirian, kelelahan akan semuanya bercampur aduk menjadi satu.

Aku ingin membuangnya di sini, ingin menguburnya di Pantai Kuta yang luas ini. Aku yakin Pantai Kuta ini akan sangat baik mengubur semua rahasia-rahasiaku di sini, tanpa mengotori atau memperusak pemandangan ini.

Masih terus memejamkan mata, aku izinkan diriku untuk sedikit menoleh ke masa lalu. Awal di mana semua berasal. Kutelusuri cerita-cerita itu satu persatu tanpa ada yang terlewat, sambil terus air mataku membanjiri pipiku. Aku membuka semuanya, kali ini, aku benar-benar ingin menghabiskan seluruh bebanku di sini, agar aku bisa pulang ke rumah dengan tenang, tanpa ada beban lagi, dan bisa tidur nyenyak tanpa harus memikirkan hal-hal lain.

Bismillah... batinku, sambil kuucapkan doa-doa yang mengiringi perjalanan cerita ini di pikiranku.
Aku masih berusaha mengatur napasku, dan menghirup udara pantai ini terus menerus.

Aku ingin merelakan semuanya. Entah itu untuk siapa dan di mana, aku ingin melepas kalian. Menghilangkan keraguanku untuk bisa melangkah lagi tanpa menoleh ke belakang melihat kalian lagi. Sekarang semua sudah berakhir. Kalian boleh pergi, aku akan berjalan terus. Terimakasih untuk hari-hari yang telah terlewati sebelumnya. Tapi izinkan aku untuk memberhentikan semuanya hanya sampai di sini. Aku tidak ingin mengingatnya lagi. Aku tidak akan membiarkan kalian menggangguku.

Kini aku bisa terbebas dari pikiranku. Semoga kita bisa bertemu lagi, di saat-saat tepat, dimana kalian dan aku sudah menjadi lebih baik. Kalian dengan mimpi-mimpi kalian yang hebat, juga aku dengan mimpiku yang telah tercapai. Saat kita bertemu, kita akan bersalaman, kita akan tertawa lagi. Bukan tertawa karena kita pernah ada di masa lalu, tetapi tertawa karena 'kita-sudah-lama-tidak-bertemu-apa-kabar?'. Kalaupun kita harus menengok ke belakang, kita tidak akan bersedih hati lagi, justru kita akan meikmatinya sebagai bumbu-bumbu kehidupan yang kita jalani bersama dulu. Kalian bersama orang-orang baru yang lebih baik, dan akupun begitu.


Comments

Popular Posts