Para Wayang dan Sang Dalang

Pada akhirnya, manusia hanyalah wayang, dan Tuhan adalah Sang Dalang, yang memainkan wayang-wayang-Nya. Wayang yang mengikuti alur skenario yang telah dibuat sebelumnya. Para wayang mau-tak mau, harus menjadi penggerak cerita tersebut. Dan di dalam skenario itu, pasti ada kisah tentang tinggal dan meninggalkan.

Bukan maksud Sang Dalang untuk menghancurkan kebahagiaan mereka—para wayang itu. Tapi, ada maksud dan tujuan tertentu. Bukan kebetulan, bukan ketidaksengajaan, bukan juga keberuntungan. Banyak yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Sang Dalang kehidupan ini. Banyak yang berkata, bahwa hidup ini tidak adil. Bukan… bukan… hidup ini bukan tidak adil. Kau hanya tidak mengetahui apa yang direncanakan Sang Dalang sebelumnya, dan kau berpikir bahwa hidup ini tidak adil. Padahal hanya akal para wayang saja, yang terbatas, yang tidak sampai dan tidak sama dengan pemikiran Sang Dalang yang Maha Luas karena hanya Ia-lah Yang Maha Mengetahui, sampai-sampai tidak mengerti maksud skenario Sang Dalang, karena kau tidak tahu babak selanjutnya kau harus melakukan apa, karena hanya Sang Dalang—Sang Pembuat Cerita yang mengetahuinya, karena Dia tahu bahwa itu yang terbaik untuk pentas pewayangan-Nya.
Yang harus para wayang lakukan adalah, menjalaninya. Awalnya mungkin kau memang terpaksa, atau kau terus berusaha berbelok dari ceritanya, yakni berusaha mengembalikan yang telah pergi agar kembali lagi. Ya, memang kau berusaha. Tapi semua kuasa hanya di tangan Sang Dalang. Tidak… tidak… usahamu tidak sia-sia. Sang Dalang jelas mengetahui usahamu, bahwa kau mungkin masih ingin bersamanya. Tapi Sang Dalang tahu, bahwa jika kau masih terus bersamanya, kau mungkin tidak akan bahagia. Juga dia, wayang itu—yang masih kau inginkan keberadaannya. Usahamu tidak sia-sia karena kau akan mendapatkannya lagi—bukan dia, mungkin. Tapi yang lain—yang lebih baik. Dan Sang Dalang tahu, bahwa penantianmu itu, akan berakhir dengan manis dan membahagiakan, karena kesabaranmu itu. Hasilnya akan memuaskan. Dia sudah berjanji, bahwa apa yang baik, akan bersama yang baik.
Ya, mungkin kau bersedih hati. Tapi itu hanya awalnya. Seterusnya, saat kau mengikhlaskan kehendak-Nya, kau akan terbiasa. Kau akan tenggelam dalam kenikmatan rahasia hatimu dan Sang Dalang. Kau tidak lupa, kau hanya bergerak maju dengan sebuah pembelajaran berharga dari Sang Dalang. Kau tidak tersakiti, kau hanya tidak mengerti, bahwa itu yang terbaik. Justru kau akan bahagia. Tentu saja, dia juga.
Dengan membiarkannya pergi, berarti kau belajar melepaskan sesuatu yang sangat kau cintai. Memang, sulit. Tapi barangsiapa yang bisa melalui hal itu dengan ikhlas, kelak akan merasakan betapa indahnya balasan dari itu semua. Itulah yang tersulit dalam hidup, melepaskan sesuatu yang sangat kau cintai. Menyedekahkan apa yang kau punya. Tapi itulah inti dari hidup ini. Saling memberi—memberi kebahagiaan, tentunya. Inti dari pentas pewayangan ini.
Dengan melepaskannya, kau telah membahagiakan dirimu. Bukan dirimu saja, kau telah membahagiakannya secara tidak langsung. Karena akhirnya dia bisa pergi berpentas ke panggung lain untuk menjalani ceritanya sendiri, tanpa perlu merepotkan kau lagi. Siapa lagi yang akan bahagia? Tentu saja Sang Dalang. Kau telah membahagiakan Sang Dalang. Yang Menciptakanmu, Yang Merawatmu, dan tentu saja—Sang Pembuat Skenario hidupmu dan dia. Mengapa Dia bahagia? Karena pada akhirnya, kau ikhlas dengan semua pemberian-Nya. Itulah yang Ia inginkan. Bukan keluhan, bukan ratapan, bukan kegalauan, bukan lamunan, bukan penyesalan, dan bukan kemarahan. Kau ikhlas, dengan apa yang telah Ia tuliskan. Hidupmu berada dalam genggaman pena-Nya. Dan kau percaya bahwa saat kau melihatnya bahagia, kau juga bahagia. Kau telah mewujudkan keinginannya. Keinginan apa? Keinginannya untuk lepas darimu, karena ia pikir ia bisa lebih baik tanpamu—juga kau sendiri, yang ternyata bisa lebih baik tanpanya. Kalian sama-sama lebih baik tanpa bersama.

Lega rasanya, saat tahu bahwa semuanya mengalir terkendali. Hanya dengan keikhlasan, semuanya menjadi stabil kembali. Tidak terombang-ambing, tidak bergejolak… tapi stabil pada tempatnya. Kalian berdua tenang. Mungkin ini cara Dalang memberi pelajaran pada kalian berdua…

Comments

Popular Posts